Powered By Blogger

Selasa, 27 September 2011

Sekilas tentang Kampung Halamanku

Pemotongan Kerbau dalam Upacara adat



Keindahan Tana Toraja





Jangan pernah menilai kemiskinan di Toraja. Anda melihat sebuah keluarga dengan rumah yang sederhana, pakaian yang apa adanya, dan pekerjaan yang tidak menjanjikan banyak uang. Miskinkah keluarga itu? Tidak, mereka mampu menyediakan ratusan ekor kerbau bernilai ratusan juta saat salah satu anggota keluarga mereka meninggal.

Toraja, sekira 6 jam perjalanan dari Makassar lewat darat. Anda akan disambut jalanan-jalanan yang membelah bukit dan ilalang, berkelok. Rumah adat Tongkonan berdiri megah di kanan-kiri jalan. Salah satu budaya Toraja yang masih terjaga hingga kini.
Gereja, babi, dan warung yang bahan bakunya babi marak di kota ini. Maklum, penduduknya mayoritas nasrani. Namun Anda yang Muslim jangan khawatir, sebab Masjid besar juga satu-dua tersedia di kota ini. Kalau Anda ingin makan, warung Muslim pun tersedia: sop saudara Pangkep, warung Surabaya, dan lainnya.

Ragam tempat wisata juga ditawarkan di Toraja: permandian air panas (Sangngala), Mumi mayat di tebing gunung (Kete Kesu), dan ragam budaya yang masih terjaga, di antaranya rambu solo (upacara kematian) dan mappasilaga tedong (adu kerbau). Semua tempat wisata ini tiap tahunnya rutin dikunjungi para wisatawan dan wartawan asing.
Tulisan ini hanya iseng belaka, tulisan sekilas yang diketik sambil menikmati kopi robusta, kopi khas Toraja. Hasil pengamatan setelah menikmati keadaan Toraja selama tiga hari. Semoga bisa menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca sekalian. Bagi yang ingin merasakan langsung, silahkan datang ke Toraja.



Toraja terdiri dari dua daerah utama: Makale dan Rantepao. Makale adalah pusat pemerintahan, sedangkan Rantepao adalah pusat bisnis. Kedua daerah itu, sejak dua tahun lalu, terpisah masing-masing menjadi kabupaten: Tana Toraja untuk Makale; Toraja Utara untuk Rantepao.


Kota Makale

3 komentar: